Bismillah,
I'm back!

" Dalam rangka terus menyelesaikan draft-draft postingan tahun lalu yang banyak terbengkalai, mohon maaf apabila dalam foto yang dicantumkan terdapat watermark tahun lalu bahkan dua tahun sebelumnya" Terlalu memang ya emak satu ini , hehe



Sekitar bulan Oktober tahun 2016, saya mempersiapkan diri untuk mengikuti pameran pangan lokal. Pemberitahuan sudah saya dapatkan jauh-jauh hari, sehingga saya berusaha menampilkan yang terbaik.

Hal yang perlu dicatat, semua bahan yang digunakan wajib berbasis pangan lokal seperti singkong, Ubi jalar, pisang, talas dan jenis pangan lokal lainnya.
Yang lebih " Horor ",  saya ditantang membuat kue atau olahan modern tanpa menggunakan tepung terigu, tepung beras ataupun tepung sagu dalam proses pembuatannya.


Sempat mau membantah, tapi apalah daya sebagai warga yang baik hati saya pilih berdamai dengan kenyataan, pasrah aja menerima tantangan tersebut walaupun belum tau kira-kira mau bikin apaan ya, hihii..

Bahan baku pertama yang terlintas dalam benak saya adalah ubi ungu. Mengapa?
Karena ubi ungu sangat mudah diaplikasikan menjadi berbagai olahan kue. Warna alaminya membuat hasil olahan memiliki daya tarik tersendiri.
Selain itu, ubi ungu menjadi sumber vitamin A, vitamin C, memiliki kandungan beta karoten yang tinggi, serta mengandung zat antosianin yang berfungsi sebagai antioksidan bagi tubuh kita.

Saya pun berniat melakukan trial error dulu menggunakan ubi ungu.
Entah saya yang kurang jeli atau memang pas saya nyari stok ubi ungu di semua kios di pasar tradisional sedang out of stock. 
Saya akhirnya menemukan ubi ungu tersebut di salah satu Swalayan.

Sebenarnya saya sudah tau di swalayan tersebut menjual ubi ungu. Harusnya sih tidak perlu pakai acara keliling pasar tradisional sampai keringat bercucuran* lebay banget hihii :-P



Tapi yang perlu pemirsa tau nih, harga ubi ungu di pasar Swalayan hampir 5x lipat harga ubi ungu pasar tradisional. Untuk skala kue cemilan ya jelas pasti mempengaruhi harga jual, bisa di bully nih oleh ibu-ibu pecinta diskon pameran**termasuk saya, hehee

Yang bikin tambah memelas, stok ubi ungunya juga tinggal sebungkus aja dengan isi yang irit banget, 3 biji gitu lho.
Ya sudahlah daripada ga kesampaian trial, saya beli saja ubi ungu tersebut.

Sampai di rumah, ko ya jadi melow. Rasanya sayang banget ini ubi 3 biji kecil seharga 25ribu mau dibikin trial error* itung-itungan nih hihi
Akhirnya ubi ungu tersebut saya simpan dulu, sambil terus menimang-nimang mau trial bikin apa.

Dua hari kemudian, saya hampir melupakan si unyu ubi ungu. Semua kue yang akan menggunakan ubi ungu juga dicoret sementara dari daftar menu :-(

Nah, gimana dong nasib ubi ungunya. Mau dikukus gitu aja sayang ya,  dibuang apalagi sayaaang banget,  dilema.


Sampai esok harinya ketika mau memasak nasi uduk untuk sarapan,  saya teringat ubi ungu tersebut dan mendadak kepikiran kalo nasi uduknya warna ungu kayanya bagus.
Anti-anti mainstream gimana gitu ya secara kebanyakan nasi yang memakai warna alami itu kalo ngga merah wortel atau hijau sawi.

Penasaran kan gimana bikinnya?

Nasi Uduk Ungu
Oleh Mariam  

Bahan - Bahan:

- 250 gram beras, cuci bersih. Tiriskan.
- 150 ml santan kental
- 100 gram ubi ungu,  kukus sampai matang
- 100 ml air matang
- 1 sdm garam
- 2 lembar daun salam
- 2 lembar daun jeruk
- 2 batang sereh,geprek

Berikut step by step cara memasaknya :

Sudah dicuci bisa ditiriskan beberapa saat ya:-) 

Cakep kan warna ungu nya?  

Sebelum diblender usahakan suhu ubi ungu kukusnya sudah mulai hangat. 

Kalo suka boleh ditambah daun pandan


Aduk terus sampai semua larutan santan dan ubi ungu terserap habis.

Tuh unyu banget kan? 

Setelah matang penampakan ya seperti ini ya. Warna ungunya sedikit memutar tapi tetap cantik ko, alami juga :-)

Gimana, mudah kan?
Selain warna ungu, kita bisa mengkreasikan dengan bahan pewarna alami lainnya seperti wortel, sawi dan kunyit.
Bahkan dibikin nasi uduk rainbow juga bisa banget, insya Alloh next time coba bikin :-)

Asli lezat sekali, apalagi kalau ditambah sambal terasi atau sambal jenis lainnya ya:-D 
Ketika nasi uduknya sudah matang dan dihidangkan,  mamah sampai terkagum-kagum dan makan dengan lahapnya** alhamdulillah bikin mamah senang nihh ;-)
Warna ungunya cantik dan dari segi rasa juga tidak mempengaruhi gurihnya nasi uduk.

Gimana sama pamerannya?


Alhamdulillah lancar dan tidak lupa saya membawa kue berbahan ubi juga lho, yaitu Truffle Ubi dan bola-bola ubi goreng.
Berkat pameran tersebut juga saya bisa mengambil pelajaran bahwa hasil pertanian kita khususnya Tasikmalaya masih sangat minim.
Hal itu dibuktikan dengan susahnya mendapatkan bahan baku pangan lokal di pasar tradisional sehingga bukan tidak mungkin diperlukan kesadaran bertani kembali khususnya bagi generasi emak muda seperti saya yang sering pengen enak, harga yang murah tanpa memahami proses bertani yang sebenarnya susah, ;-)

Yuk dicoba bikin, Insya Alloh bisa jadi variasi menu unik yang menggugah selera dan tidak membosankan.

Happy Cooking :-D


Pertama mengenal tahu bulat waktu saya masih sekolah di Ciamis. Unik banget, terkesan premium karena hanya dijual di foodcourt salah satu swalayan dan rasanya enak. Belakangan baru tau ternyata tahu bulat itu khas kampung halaman saya yaitu Tasikmalaya.

Tahu bulat homemade buatan saya yang dibuat dari tahu kuning:-) 

Demam tahu bulat semakin dirasakan oleh saya ketika menetap di Tangerang. Dimana-mana tukang tahu bulat dan ada aja yang mangkal atau keliling. Bikin pengen pulang kampung, hehe

Tahu bulat adalah makanan atau cemilan khas daerah saya yaitu Tasikmalaya. Tahu berbentuk bulat, dengan rasanya yang gurih.
Di masa-masa emasnya, tahu bulat langsung melebarkan sayap bisnisnya dimana-mana.
Salah satu pengembang aplikasi game dari Bandung bahkan meluncurkan game populer Tahu Bulat yang konon mengalahkan game populer lainnya. Saya juga sempet download sih walaupun lama kelamaan bosen juga ya, hihi

Udah pernah download belum? Saya bisa merasakan punya uang ratusan juta gara-gara game ini lho :-D 


Tapi beda dulu sama sekarang..
Kalo dulu tahu bulat fenomenal karena keunikan bentuk dan rasanya yang khas, kalo sekarang keunikannya hanya dari cara penjualannya yang memakai mobil+ speaker dengan nyanyian khas
" Tahu bulat, digoreng 500 an, gurih-gurih nyoy"

Entahlah, mau diakui atau tidak makanan khas Tasikmalaya ini menurut saya sudah kehilangan ciri khasnya, mulai dari rasa tahu bulatnya sendiri juga kebanggaan masyarakat Tasikmalaya untuk terus menjaga tahu bulat sebagai ikon kota tercinta.

Produksi membludak dengan alasan mengembangkan sayap bisnis UKM kurang sesuai dengan standar keamanan pangan.
Bagaimana tidak, banyak beredar tahu bulat mentah di pasaran yang mengandung pengawet dan bahan kimia lainnya.

Salah satu brand tahu bulat yang terkenal kelezatannya, Misihu.  sumber foto: tahubulat-misihu.blogspot.com

Hal tersebut tentu banyak merusak penampilan tahu bulat, ada yang terlihat berair, berbau menyengat, rasanya getir plus tekturnya yang kering nyesekin tenggorokan, belum lagi tahu bulat yang sudah matang sangat cepat kempes walaupun sudah digoreng cukup lama.

Satu per satu pengusaha tahu biasa juga bikin tahu bulat versi pabriknya dengan harga yang saling menjatuhkan.
Satu masalah terbesar yang dihadapi para UKM mungkin terkekangnya harga jual sehingga monoton di satu harga bahkan kalo bisa lebih murah dari para pesaingnya, serta lebih melihat aspek keuntungan besar untuk sesaat bukan melihat efek produk kedepannya.
Sangat disayangkan ya..:-( 

Saya masih ingat beberapa bulan lalu mengikuti sebuah pelatihan di Indag  Kab Tasikmalaya dan membahas sebuah masalah pelik yaitu apa sih makanan khas kabupaten Tasikmalaya.
Konon katanya nasi tutug oncom itu udah terlalu mainstream, ga aneh bahkan terkesan murahan.

Hal itu terulang kembali sewaktu saya berkesempatan mengikuti pelatihan bersama Dinas Pariwisata Kota Tasikmalaya di Hotel Santika Tasikmalaya .
Di depan puluhan pengusaha kerajinan, Sivitas Akademika dan kalangan terkait lainnya,  pemerintah kota seakan curcol.

Katanya pemerintah Tasik itu udah malu dan bosan menyajikan Nasi Tutug Oncom sebagai menu hidangan utama dalam menyambut tamu-tamu luar daerah ( euleuh-euleuh, hihi) 
PR besar bagi para UKM seperti kami untuk menciptakan produk yang bisa jadi ciri khas Tasikmalaya.
Oke, 
Jujur sebenarnya saya tergelitik untuk membantah bahwa sebenarnya Tasikmalaya itu punya banyak ciri khas namun seringkali terabaikan oleh masyarakat dan pengembangnya sendiri.
Salah satunya ya tahu bulat ini, tahu bulat yang kini tidak lagi bulat komposisinya.

Mengapa kita harus mencari produk baru tapi sebuah produk yang sudah menjadi ciri khas malah diabaikan dengan alasan ngga mainstream lah, murahan lah.

Kenapa kita ngga memikirkan inovasi apa yang bisa memperkuat ciri khas tersebut sehingga bisa bertahan sepanjang masa. Contoh, peuyeum Bandung, manisan Carica Dieng, Gudeg Yogyakarta, keripik singkong Balado Padang , getuk goreng dan masih banyak lagi.

Jujur saya kurang setuju aja orang Tasikmalaya sendiri menjelekan produk sendiri, mau kapan Tasikmalaya maju kalo penduduk dan pejabatnya juga pesimis.

** duhh ko jadi esmosi ya:-P

Nah daripada terbawa emosi ga jelas, mending kita coba bikin aja nih tahu bulat versi rumahan.
Tahu bulatnya dibuat dari tahu kuning/tahu putih yang dihaluskan. Insya Alloh higienis dan bisa dikreasikan lagi sesuai selera.
Penasaran?



Tahu Bulat

- 3 buah tahu kuning/tahu putih ukuran cukup besar
- 1 siung bawang putih, haluskan
- 1/2 sdt kaldu bubuk/garam * kalo kurang asin bisa ditambah ya, kebetulan tahu yang saya pakai sudah cukup asin
- 1/4 sdt lada bubuk
- 1/2 sdt Baking Powder
- Sedikit gula pasir untuk menambah gurih alami
- Minyak Goreng secukupnya
- Kain berpori halus untuk memeras tahu

Cara Membuat :

- Haluskan tahu, peras menggunakan kain sampai semua airnya keluar.
- Siapkan wadah, masukan tahu yang sudah diperas ,campurkan kaldu bubuk, lada bubuk, baking powder dan sedikit gula pasir. Aduk rata, tes rasa.
- Panaskan minyak goreng dengan api sedang, goreng tahu bulat sampai matang.
Bisa dilihat dari bentuk tahu bulat yang mengembang, kulit luarnya garing dan berubah warna kuning kecoklatan.

Kulit luarnya garing, dan tekstur dalamnya lembut. Persis tahu bulat dulu yang pertama saya coba:-)


Tahu bulat ini anti kempes lho, kemarin saya coba goreng jam 6 pagi, sampai jam 1 siang masih tetap bulat *kan namanya juga tahu bulat ya hehe..
Kualitas tahu yang dipakai juga mempengaruhi rasa, jadi usahakan pakai tahu kualitas baik ya :-)

Selain dimakan langsung, tahu bulat juga bisa dimasak dengan bumbu semur, asam manis atau dibikin sup. Insya Alloh nanti saya update lagi.

Finally,.
Memang saya tidak bisa berbuat banyak untuk Tasikmalaya. Akan tetapi sebagai seorang emak yang terlahir di tanah yang konon dijuluki " Delhi Van Java " ini, harapan saya sangat besar untuk  melihat Tasikmalaya bisa lebih menghargai ciri khasnya sendiri, termasuk Tahu Bulat ini.

Bukan hal tidak mungkin para pengrajin tahu bulat bisa dikumpulkan dalam sebuah Paguyuban, sehingga mudah untuk diberi arahan tentang produk yang aman, menarik, dan higienis.
Kerjasama Pihak Pariwisata dengan Chef-chef senior di Tasikmalaya juga bisa menjadi salah satu cara untuk mendongkrak daya tarik makanan khas Tasikmalaya ini menjadi lebih variatif.

Bahkan saya sempat membayangkan ada sentra tahu bulat yang bisa jadi sarana edukasi serta wisata kuliner Tasikmalaya. Ya kita ambil contoh Serba susu Lembang yang memanfaatkan susu murni jadi berbagai olahan *ko jadi kangen kerupuk susunya nih :-P 

Memang teori itu mudah diucapkan namun seringkali pelaksanaannya yang sulit.
Tapi saya yakin ko, minimal dengan adanya rasa memiliki dan menghargai atas kekayaan dan ciri khas yang kita miliki sekarang,  Insya Alloh kita bisa maju bersama untuk Tasikmalaya, aamiin.

**mana penduduk Tasikmalaya yaa suaranyaa, ko jadi ngelantur mirip lagi orasi demo hihi :)

Nah daripada ikut ngelantur, yuk coba bikin tahu bulatnya. Ingat selalu slogan dapur saya ya, " Hemat, Lezat,  Sehat "









Lanjut postingan sebelumnya nih, kimchi yang sudah disimpan selama dua hari tersebut saya nyatakan sudah siap konsumsi.
Pertama kali icip airnya, saya jujur lebih milih asinan bogor yang lebih kaya rasa.
Tapi ketika coba sawi putihnya, enak banget. Mungkin kalo suatu hari bikin lagi, saya mau pilih bikin kimchi sawi putih aja.

Yang lucu ketika tutup wadah kimchi dibuka, langsung aroma tajamnya menyeruak ke seluruh penjuru rumah. 
Mamah yang curiga saya menyembunyikan sesuatu bertanya-tanya katanya ini bau apa ya
* sengaja mamah ga dikasih tau, takutnya icip-icip kan pedes banget:-P 


Ya udah, serapat-rapatnya menyimpan terasi, eh kimchi pasti bakal tercium juga.
Waktu dijelaskan mamah malah geleng-geleng, katanya udah aja makan sawi rebus.
Duh mamah ngga ngerti sih, kan biar keren dikit :-P 

Hari pertama saya mencampurkan kimchi dengan mie instan rebus. Jadi mirip mie Samyang Ala-ala * maksa
Nah keesokan harinya, mulai nih greget pengen cepat menghabiskan stok kimchinya.
Coba googling ada juga olahan kimchi yang dibikin campuran nasi goreng, namanya kimchi Bokkeumbap. Bahannya sederhana ko, ngga seribet nama menu nya, hehe

Kimchi Bokkeumbap 

- 1 porsi nasi putih
- 2 sdm minyak goreng 
- Kimchi yang sudah dipisahkan dengan juice nya, diiris tipis.
- 1 butir telur 
- Daun bawang secukupnya 
- Sedikit air kimchi
- Kaldu bubuk dan gula pasir secukupnya untuk menyeimbangkan rasa.
- Tambahan daging, cabe merah atau sayuran lainnya ( Optional) 

Cara Membuat: 

- Panaskan minyak, tumis kimchi yang sudah dipotong.
- Masukan telur dan buat orak-arik
- Masukan nasi putih, matikan api.
- Masukan air kimchi, daun bawang, kaldu bubuk dan gula pasir. Aduk rata, tes rasa.
- Nyalakan api, aduk nasi goreng merata sampai semua bumbu dirasa sudah menyerap dengan baik dan matang.
- Matikan api, hidangkan Kimchi Bokkeumbap selagi hangat.




Rasanya enak lho, tambah acar mentimun kayanya makin maknyuuus ( Ala Bondan Winarno). 
Selain dibikin nasi goreng masih banyak cara lainnya untuk mengolah kimchi. Contohnya Kimchi Jigae atau sup kimchi, juga untuk campuran Korean Ramyun atau Mie pedas ala Korea. Rasa pedas dan asamnya memang cocok dijadikan campuran berbagai masakan.
Sayangnya nih bagi teman-teman yang berencana diet menggunakan kimchi, jangan coba-coba bikin Bokkeumbap, Ramyun apa Jigae ya, bisa kebablasan saking lezatnya :-P 



Habis kimchi, munculah Oppa 잘생겼다.

Happy Cooking ya :-)



Bismillah, sudah cukup lama tidak mengisi blog. Alasan klasiknya sok sibuk dengan rutinitas sehari-hari, padahal tiap hari tidur cepet terus sih hehe.

Bukan tanpa alasan sih tidur cepat dan mulai mengurangi begadang. Saya mulai menyadari dan menerapkan prinsip bahwa begadang itu lebih banyak negatifnya dibanding positifnya. Selain dari pandangan agama, kesehatan juga berdasar lagu Bang Haji Rhoma #eeaa 

Ya sekali-kali bolehlah begadang, tapi memang sekarang saya mengurangi kerjaan yang mengharuskan kerja 24 jam.
Maklumlah para bakul kue itu udah biasa kerja 24 jam bahkan lebih lho, dan biasanya doping supaya kuat begadang itu cemilan-cemilan yang mau ngga mau bikin timbangan makin maju ke kanan, hahaa.
Tapi itu sih saya, ga semua bakul kue gitu koo :-)

Salah satu siasat mengurangi konsumsi cemilan-cemilan ga jelas khususnya kerupuk seblak kesukaan saya adalah menggantinya dengan makan makanan yang tinggi seratnya seperti sayuran supaya efek kenyangnya bisa tahan lama. 

Entah darimana datang ide, mendadak inget sama postingan salah satu teman yang abis beli kimchi di salah satu restoran di Jakarta. Kalo beli nampaknya kurang memungkinkan karena kejauhan, tapi kalo coba bikin di rumah boleh juga nih. Apalagi setelah browsing, ternyata bahan-bahan kimchi sangat mudah didapatkan di pasar dekat rumah.


Menurut Wikipedia, Kimchi adalah makanan tradisional Korea, salah satu jenis asinan sayur hasil fermentasi yang diberi bumbu pedas. Setelah digarami dan dicuci, sayuran dicampur dengan bumbu yang dibuat dari udang, kecap ikan, bawang putih, jahe dan bubuk cabai merah.

Sayurannya dapet, pedasnya dapet, itu salah satu tujuan coba bikin kimchi. Sangat susah move on dari makanan pedas, jadi sedikit demi sedikit mulai disiasati supaya makanan pedas yang saya konsumsi juga mengandung kandungan serat dan vitaminnya, ga melulu seblak atau sambal mercon.

Yang mau coba bikin, yuk kita siapkan bahan-bahannya.

KIMCHI
Resep: Berbagai sumber yang dimodifikasi sesuai selera dan bahan yang tersedia

Setuju ga sih kalo bahan membuat kimchi itu mudah didapatkan di warung sekalipun?

Tabur ya pemirsa, mohon dimaafkan udah watermark tahun lalu eh typo juga,,males ngedit lagi..:-P

Mirip bubur sumsum ya, cuma lebih padat.


Step selanjutnya nih, porridge nya dibumbui. Tambahkan kecap ikan ya 1 sendok makan:-D

Cabe bubuknya sesuai selera ya :-)

Masukan sawi yang sudah digarami, wortel juga lobak yang sudah diiris. Aduk merata ya :-)

Nah, kalo sudah tercampur rata seperti ini bisa kita pindahkan ke toples/wadah tertutup.

Simpan dalam lemari es, siap untuk dikonsumsi dua hari kedepan yaa,, sabaar :-P 

Kimchi di negara asalnya Korea ternyata banyak jenisnya lho, bukan hanya terbuat dari sawi putih saja ( Baechu Kimchi).
Sumber dari CNN dan detik.com menyebutkan bahwa orang Korea memiliki hampir 200 jenis kimchi,  wow banget kan ya :-D
Beberapa variantnya sebut saja Oisobagi Kimchi yang terbuat dari mentimun, Bossam Kimchi dengan komposisi buah-buahan, kacang, seafood yang dibungkus sawi putih, Fa Kimchi yang terbuat dari daun bawang dan masih banyak lagi ( kalo pengen tau jelasnya harus piknik dulu ke Korea yaa :-D)

Selain dikonsumsi langsung, Kimchi juga bisa diolah untuk bahan campuran beberapa menu lezat seperti Nasi Goreng dan sup.
Oya, beberapa supermarket di Tasikmalaya juga menjual mie instan impor Korea dengan rasa kimchi lho. Saya pernah mencoba salah satu mie instan tersebut karena memang sudah ada label halal MUI nya.
Walaupun sedikit kurang puas dengan rasa pedasnya, tapi lumayan lah ya udah nyoba Mie Korea **hihiii

Menunggu dua hari memang lumayan sih ya, tapi kayanya sambil nunggu kita bisa nonton Goblin dulu deh, atau yang baru-baru ini seperti You're Too Much dan Queen Of Ring.
Ketauan deh salah satu anggota emak-emak penggemar Drakor :-P










Saya dan makanan pedas adalah hal yang sulit dipisahkan. Sekalipun sudah tau diri kalo kebanyakan makan pedas efeknya wajah saya yang berminyak sangat mudah berjerawat, tapi tetap pantang menyerah deh demi hobi satu ini.

Cuma memang akhir-akhir ini saya membatasi memasak makanan pedas di rumah karena mamah katanya sudah tidak sanggup mencium wangi semerbak cabe rawit yang menusuk hati, ehh perut :).
Jadi biasanya saya membeli masakan pedas yang sudah jadi saja, praktis tinggal makan tanpa perlu membuat mamah tersiksa juga tanpa harus kalkulasi harga cabe dan bumbu-bumbu yang semakin mahal
( Ya kan ibu-ibu? )

Tapi percayalah, seenak apapun makanan yang dibeli diluar, hasil masakan sendiri itu lebih memuaskan. Bukan masalah rasa juga, tapi proses mulai dari belanja bahan, menyiapkan bumbu, mengikuti step by step petunjuk resep, juga timbulnya penasaran seperti apakah hasil akhir dari masakan yang sedang dibuat bagi saya adalah hiburan dan tantangan tersendiri.

Dan sesi paling menantang lainnya adalah sesi potret memotret makanan yang tantangannya lebih ribet dibanding proses memasaknya.
Bayangin aja ya, kita yang udah cape masak, cucian wadah setumpuk,  plus laper masih harus dengan segera mungkin memotret makanan yang masih " Fresh From The Wajan" supaya hasil fotonya memuaskan.

Ga cukup sampai disitu, kita masih tetap harus berkutat dengan pencahayaan, sudut foto yang tepat, garnish yang sesuai dan lain sebagainya. Masih mending yang punya kamera DSLR atau mirrorless, lha kamera hape seperti saya ini sangat membutuhkan banyak trik supaya kesannya ga "hape banget".
Makanya biar jepretan amatiran tetep ga mau kalo dibajak seenaknya, STOP pembajakan foto - foto karena foto juga adalah hasil karya**( apa sih, apa sih, hihii )

Ga punya garnish yang lebih oke nih, cuma pakai daun bawang


Untuk masakan pedas kali ini saya membuat Chicken Fire Wings ala-ala Richeese factory gtu. Di resto tersebut memang menu Fire Wings menjadi salah satu Best Seller dan wajib dicoba bagi penggemar pedas. Tingkat kepedasannya juga bisa menyesuaikan lho. 

Dulu pernah sekali dikasih icip-icip sama teman kerja waktu saya masih tinggal di Tangerang. Rasanya memang bikin mulut terasa terbakar saking pedasnya walaupun sayang cuma nyoba dikit aja.
(namanya juga icip-icip ya, kalo 1 porsi ya beli lah :))


richeesefactory.com

Di Tasikmalaya belum ada nih Richeese Factory, tapi beberapa usaha rumahan udah ada yang jual si Sayap Ayam Pedas ini.
Beberapa kali blogwalking juga banyak menemukan Fire Wings ala rumahan yang konon lebih hemat dan kenyang.

Nah, walaupun saya membuat Fire Wings ini sudah cukup lama, bisa dilihat dari watermark foto ya. 
Tapi gapapa ya, sekalian pemanasan nge blog lagi nih ( bela diri, :-P ) 

Bagi yang tertarik ikutan bikin juga yuk segera kita menuju ke pasar terdekat dan belanja bahan Fire Wings ini. Biar menu sekelas resto, tapi bahannya sangat mudah didapatkan di pasar tradisional sekalipun. Penasaran kan, yuk kita cek resep yang saya pakai.



Chicken Fire Wings
Sumber resep: Modifikasi sendiri


Bahan-bahan :
- 8 potong sayap ayam, bagi menjadi dua bagian
- 1 sdt garam
- 1/2 sdt lada bubuk
- Air perasan jeruk lemon
- Minyak goreng secukupnya

Campuran Tepung Pelapis, aduk rata : 
- 10 gram tepung beras
- 50 gram tepung terigu serba guna 
- 3 sdm tepung maizena
- 1/2 sendok teh baking powder
- 1 butir telur kocok lepas

Bahan - bahan untuk saus :
- 1 sdm margarin serba guna
- 2 siung bawang putih, cincang halus 
- 4 sdm saus tomat botolan
- 6 sdm saus sambal botolan 
- 2 sdm cabe bubuk 
- 1 sdm saus tiram
- 1 sdm gula pasir
- 1 sdm minyak wijen
- 1 sdt cuka 
( Campur semua bahan kecuali margarin dan bawang putih) 


Cara Membuat: 

- Cuci bersih sayap ayam, lumuri dengan air jeruk lemon. Diamkan 1 jam, cuci lagi dan taburi dengan garam dan lada bubuk, sisihkan.

- Masukan campuran tepung ke dalam wadah sayap ayam. Campur rata sambil diremas-remas supaya tepung melekat sempurna.

- Panaskan minyak goreng, masukan sayap ayam yang sudah dibalut campuran tepung. Goreng sampai matang.
Tiriskan sayap ayam goreng yang sudah matang.
Pengen tambah pedas atau tidak terlalu pedas? Tambah/kurangi aja cabe bubuknya sesuai selera ya:-D 

- Siapkan Wajan baru, lelehkan margarin dan tumis bawang putih sampai harum.
- Masukan campuran saus dan masak sampai mengental, tes rasa. Matikan api kompor.
- Masukan sayap ayam goreng ke dalam Wajan berisi saus yang sudah matang, aduk rata sampai semua saus melumuri sayap ayam goreng.
- Nikmati selagi hangat.

Step by step singkat yang mudah-mudahan bisa dipahami :-) 

 Gimana nih, baca resepnya juga lumayan berkeringat ya, hihi. Tapi aslinya mudah banget lho, dan memang kita bisa sepuasnya makan Fire Wings tanpa takut dompet terlalu jebol. Bagi yang pengen lebih unik, mungkin bisa ditambah paprika bubuk, taburan wijen sangrai atau saus keju khas ala-ala Richeese yang kini mulai banyak dijual bahkan bisa juga dibikin sendiri.
Jangan lupa siapkan minuman segar sebagai pendampingnya ya.
Rasakan sensasi mulut terbakar Chicken Fire Wings sekelas resto ala rumahan, hemat dan lezat.

Pengen banget main ke Dieng, tapi selalu kena ledekan kaka, emang kuat naik gunung nya bi?**skak mat dehh 
Padahal kaka saya sudah menetap disana kurang lebih 9 tahun lho tapi masih belum yakin membawa adik tercintanya ini mendaki gunung dieng, hihii



Semenjak pindah ke Wonosobo, kaka selalu membawa manisan buah Carica sebagai oleh-oleh utama selain keripik kucai, keripik jamur dieng, keripik kentang dieng dll. Pokonya oleh-oleh Wonosobo itu banyaakk bangett. Itu belum termasuk Mie Ongklok yang belum bisa dibungkus :)

Beberapa teman, tetangga bahkan saudara banyak yang belum tau apa itu buah Carica. Jadi kita kenalan dulu yuk, Insya Alloh makin kenal makin tambah pengen main ke Dieng *eeehh

Menurut Wikipedia, Carica ini masih kerabat dekatnya pepaya, namun lebih menyukai dataran tinggi dan basah untuk pertumbuhannya. Jadi yang merasa halaman rumahnya gersang, tutup rapat keinginan untuk menanam buah Carica, karena dia tidak menyukainya ** I dont love you kalo Carica bisa nyanyi MCR mah hihii :)

Disebutkan juga bahwa buah carica memiliki kandungan kalsium, vitamin A, vitamin C juga kandungan minyak atsiri yaitu minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Hmmh pantas saja buah Carica harumnya menggoda banget :)

Sewaktu saya berkunjung ke rumah Kaka di Wonosobo lumayan sering memperhatikan teteh membuat manisan buah Carica. Manisan Carica buatan teteh rasanya enak segar, lebih enak dibandingkan beli manisan buah carica kemasan lho ;)**ngarep langsung disuruh piknik ke Dieng nih :D
Teteh juga bilang kalau harga buah carica ini terjangkau dan mudah didapatkan di pasar tradisional wonosobo. Soal pengolahan juga sangat mudah dan bisa dilakukan tanpa harus menggunakan alat atau bahan khusus. Jadi penasaran juga nih, mau ikutan bisa juga mengolah buah Carica**kepooo

Pas banget beberapa hari yang lalu kaka membawa buah Carica mentah cukup banyak. Jadi langsung coba praktek nih :)

Hal pertama yang perlu kita siapkan adalah menggunakan sarung tangan karet saat mengupas kulit buah Carica. Wah kenapa?
Kandungan getah buah Carica sangat gatal apabila terkena kulit dalam waktu yang cukup lama, bahkan tidak jarang sampai kulit telapak tangan terasa perih dan terluka. Tapi itulah uniknya buah Carica, ibarat sebuah cinta yang harus didapatkan setelah berjuang berdarah-darah diawal tapi kemudian manis rasa sesudahnya hihiii..*baper kan jadinya pemirsa :D

Nah setelah tangan dibungkus oleh sarung tangan karet, langsung kita kupas aja buah Caricanya..langsung terlihat buah Carica yang warna daging buahnya kuning menggoda :)


Setelah selesai dikupas, cuci buah carica di dalam baskom besar sampai bersih. Siap dibelah masing-masing menjadi dua bagian...dan yang pasti buah Carica yang sudah dikupas ini tidak meninggalkan rasa gatal lagi di telapak tangan kita.

Buah Carica yang sudah dicuci bersih, dibelah dua dan dipiisahkan dari bijinya.


Di dalam buah Carica ini terdapat biji yang lumayan banyak, mirip biji buah konyal gitu. Tugas selanjutnya adalah memisahkan daging buah dengan biji buah tersebut.



Jangan buru- buru membuang bijinya ya, karena biji buah Carica harus diolah dulu dengan cara diseduh dengan air panas dan diperas untuk mengambil sari buahnya.
Cara memerasnya sama seperti kita memeras santan, nanti akan keluar sari buah yang kental dari hasil menyaring biji-biji Buah Carica tersebut. Konon, sari buah dari perasan biji buah Carica itu yang membuat rasa manisan Carica nantinya segar-segar gimana gitu. Mudah-mudahan penjelasan yang kurang ilmiah ini dimengerti yaa :)

Step selanjutnya cukup didihkan air secukupnya di panci sampai semua potongan buah carica terendam,
Saya menghabiskan gula kurang lebih 250 gram untuk per kilo buah Carica, untuk takaran airnya cukup sampai terendam saja dan selanjutnya tes rasa sesuai selera kita. Oya, jangan terlalu lama merebus buah Carica karena buahnya cenderung cepat lembek.




Manisan buah Carica cocok disajikan dingin atau sebagai tambahan sop buah, es campur dan kreasi minuman segar lainnya.
Selain menyegarkan, manisan carica juga kaya akan manfaat sari buahnya yang menyehatkan, dengan catatan gula yang digunakan bukan pemanis buatan ya :)


Foto tahun 2015, antara dibuang sayang dan malas memang beda tipis :)

Di Tasikmalaya saat ini sudah banyak yang berjualan manisan buah carica dalam kemasan, apalagi sekarang menjelang bulan Ramadhan Insya Alloh menjadi teman pelepas dahaga yang menyegarkan lho. Tapi sepertinya berburu langsung buah Carica sambil menikmati pemandangan indah gunung Dieng pasti akan lebih asyik ceritanya **keukeuh hihi :)

Marhaban Yaa Ramadhan, :)








Mamah beberapa hari ini sering beli ikan nila merah karena ikan lebih ramah dengan pencernaan beliau. Termasuk saya di rumah juga ikut makan ikan juga, cuma memang masaknya dibuat berbeda dengan mamah. 
Biasanya mamah lebih suka dibikin pepes tanpa bumbu dan saya lebih suka ikan digoreng pakai sambal kecap. 


Sambalnya melimpah ruah nihh..segerr, pedeess :)
Untuk goreng ikan yang sekarang saya pengen coba menikmatinya dengan sambal dabu-dabu khas Manado yang terkenal sedap segar itu lho.
Sambal dabu-dabu berasal dari daerah Manado, Sulawesi Utara. Komposisinya kurang lebih sama dengan sambal daerah lainnya. Hanya saja sambal dabu-dabu dinikmati dengan cara berbeda, mulai dari bahan-bahan yang hanya dipotong-potong tanpa di ulek, pemakaian air jeruk nipis/jeruk limau yang agak banyak sehingga rasanya asem-asem segar, juga cara memasaknya yang hanya disiram minyak goreng panas tanpa ditumis.


Sisa sambal yang masih sempat diabadikan, hihihi :)

Sebenarnya hari-hari biasa saya sering membuat sambal dengan komposisi sama, cuma memang lebih sering mengulek semua bahan sampai halus dan ditumis matang supaya sambal bisa lebih tahan lama. Jadi namanya bukan sambal dabu-dabu, entah sambal apa namanya yang pasti pedas aja dehh :D

Yang suka pedas wajib coba nih, 

Nila Goreng Sambal Dabu-Dabu

Bahan :

- 2 ekor ikan nila merah, bersihkan dan lumuri dengan air perasa lemon/jeruk nipis. Kerat-kerat punggungnya, sisihkan.
- 2 siung bawang putih.
- 1 sendok makan ketumbar.
- 5 cm kunyit.
- Kaldu bubuk dan garam secukupnya.
- Minyak goreng secukupnya.

Saya memakai ikan nila merah yang masih segar

Cara Membuat :
- Haluskan semua bumbu, beri sedikit air dan lumuri ikan nila merah dengan bumbu halus tersebut sampai rata. Biarkan hingga bumbu meresap.
- Panaskan minyak dan goreng ikan sampai matang.


Ikan sudah dibumbui seperti ini bisa untuk stok di kulkas juga lho :)


Sambal Dabu-Dabu

Bahan :

10 siung bawang merah, iris tipis
15 cabe rawit atau sesuai selera, iris bulat
3   buah tomat, buang biji. Potong kotak.
4   buah jeruk limau, potong-potong dan peras airnya.
1  genggam daun kemangi.
2  sdt garam.
1,5  sdt gula pasir.
4  sdm minyak goreng, panaskan.

Cara Membuat :

- Campur bawang merah, cabe rawit, tomat, kemangi, air jeruk, garam, dan gula pasir. Aduk rata.
- Masukkan minyak panas, aduk rata dan siap disajikan.






Dijamin mata langsung melek, nasi abis setengah bakul nihh hehe :) Bagi saya penggemar pedas walaupun sering bermasalah dengan kulit tapi tetap saja makan lagi dan lagi. Pantas saja ya ada istilah tobat sambal, udah tau pedas dan ada efek sampingnya tetap saja ngulek dan colek lagi :D
Selain dipadukan dengan ikan goreng, sambal dabu-dabu juga cocok untuk semua jenis lauk lho. Jangan khawatir dengan bau bawang merah mentah karena kalau sudah tercampur bau bawang merah jadi tidak dominan. Apalagi saya mencampurkan potongan jeruk limau peras, tambah asem seger :)
Gimana, ikut tertarik juga kan sama sambal satu ini. Yuk dicoba bikin di rumah.

Happy Cooking :)








Kue cubit sudah jadi favorit saya semenjak masih duduk di bangku sekolah dasar. Bentuk kuenya mungil dan teksturnya lembut. Yang menurut saya enak dan unik dari kue cubit adalah versi setengah matengnya, hmmh lembut dan lumeeer :D
Banyak yang mengatakan kalau kue ini dinamai kue cubit karena proses abang tukang kue cubit yang mengambil kue cubit yang sudah matang dengan semacam pengait, jadi seolah-olah dicubit gitu.


Liat deh tekstur dalamnya, lembut berserat :)

Kue cubit lama tidak terdengar sampai tahun-tahun kemarin kue cubit mendadak nge hits menjadi andalan cemilan kafe-kafe di kota besar.
Seperti kita ketahui jajanan semacam kue cubit, kue pancong, kue ape sangat identik dengan kue pinggir jalan yang dijajakan oleh abang-abang. Namun di tangan para koki-koki kafe tersebut, kue cubit dimodifikasi sedemikian rupa menjadi cemilan premium yang lezat dengan menggunakan berbagai topping beragam. Mulai dari topping coklat chunky bar, oreo, M&M, bahkan ada juga kue cubit rasa red velvet dan green tea, hmmhh terbayang lezatnya ya.

Nah, di Tasikmalaya juga kue cubit versi hits satu ini sudah banyak dijual juga lho. Cuma karena saya bukan tipe pemburu kuliner**ahhh ngelesss, jadi sampai detik ini belum coba membelinya, haha :D

Setelah berkali-kali ngiler melihat postingan teman-teman yang membeli kue cubit di review grup kuliner, saya akhirnya memutuskan bikin sendiri aja. Nah lho, ko ngga beli aja malah bikin sendiri?

Jawabannya karena  irit, hemat, kenyang..udah gitu aja wkwkkwkwk :)





Kue Cubit

Bahan :

3 butir telur ukuran sedang
175 gram gula pasir
50 gram margarin,lelehkan
300 gram tepung terigu protein sedang
1/2 sdt vanilla susu bubuk
200 ml susu cair 
1/2 sdt baking powder
1/2 sdt garam
Meises cokelat ( Bisa diganti sesuai selera )

Cara Membuat :

- Campur dan ayak terigu, baking powder dan garam.
- Kocok telur dan gula pasir sampai mengembang. Masukkan vaniili susu bubuk, kocok rata.
- Masukkan margarin leleh dan susu cair, aduk rata.
- Masukkan campuran terigu dan aduk semua bahan sampai rata dan homogen.
- Tutup adonan dengan serbet bersih dan diamkan kurang lebih 30 menit.
- Panaskan cetakan kue cubit, oles margarin tipis.
- Tuang adonan 3/4 tinggi cetakan dan tutup.
- Buka tutup cetakan setelah 1/2 matang, taburi topping sesuai selera ( saya pakai meises cokelat ).
- Angkat kue cubit, sajikan hangat.



Ini versi setengah matang favorit saya, lumeeer :)


Saya bikin 1/2 resep aja karena di rumah cuma bertiga dan kurang suka cemilan manis. Alhamdulillah kue cubitnya laris manis sekaligus membayar rasa kangen kue cubit jadul yang dulu biasa dibeli di abang-abang pinggir jalan.
Insya Alloh nanti mau coba bikin kue cubit green tea atau versi gaul lainnya yang lagi happening.

Happy "cubit-cubitan" :D